Seiring
meningkatnya kesadaran kaum urban akan hidup yang sehat, banyak dari mereka
yang melakukan aktivitas urban farming di pekarangan rumah untuk
bisa menghasilkan makanan sehat yang dapat dikonsumsi. Apa itu urban
farming?
Urban farming
adalah konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan, yang
berbeda ada pada pelaku dan media tanamnya. Pertanian konvensional lebih
berorientasi pada hasil produksi, sedangkan urban farming lebih pada
karakter pelakunya yakni masyarakat urban. Urban farming telah menjadi
gaya hidup karena semakin tinggi kesadaran masyarakat urban untuk menjalani
gaya hidup sehat.
Dalam definisi
lain Urban Farming adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan
pangan atau di sekitar kota. Urban
Farming juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan
hortikultura. Dalam arti luas, Urban Farming mendeskripsikan seluruh sistem
produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Lahan yang digunakan bisa tanah
tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau atap- atap bangunan), pinggiran jalan
umum, atau tepi sungai.
Dengan melakukan
aktivitas urban farming, masyarakat mendapat ketersediaan sayuran
sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran, menghijaukan
lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman yang
lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan konsep ini tidak
lagi sekadar gaya hidup kaum urban, tapi meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar. Anda tentu
tahu bahwa kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas makanan yang masuk
ke dalam tubuhnya. Bayangkan jika Anda selalu mengonsumsi makanan tidak sehat,
Anda pun akan merasakan dampak buruknya meski tidak dalam jangka pendek.
Pentingnya urban
farming sebagai aktivitas yang berkontribusi terhadap ruang terbuka hijau
dan ketahanan pangan, membuat semakin banyak masyarakat yang juga tertarik
untuk melakukan kegiatan ini.
Manfaat Urban Farming
Urban farming memberikan konstribusi
penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah Reuse dan Recyle
Membantu menciptakan kota yang bersih
dengan pelaksanaan 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) untuk pengelolaan sampah kota
Dapat menghasilkan O2 dan
meningkatkan kualitas lingkungan kota
Meningkatkan Estetika kota
Mengurangi biaya dengan penghematan
biaya transportasi dan pengemasan
Bahan pangan lebih segar pada saat
sampai ke konsumen yang merupakan orang kota
Menjadi penghasilan tambahan
penduduk kota
Model-Model Urban Farming
Memanfaatkan lahan tidur dan lahan
kritis
Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau
(Privat dan Publik)
Mengoptimalkan kebun sekitar rumah
Menggunakan
ruang (Verticultur)
Bercocok Tanam di Gedung
Jepang merupakan
negara yang penuh dengan inovasi dan berteknologi tinggi. Banyak hal yang
diciptakan oleh masyarakat Jepang dan menjadi daya pikat di mata dunia. Salah
satunya adalah bercocok tanam di dalam gedung mewah.
Membuat sistem
pertanian di kota besar seperti Tokyo hampir tidak mungkin dilakukan, mengingat
Tokyo dipenuhi dengan gedung dan bangunan. Namun keterbatasan ini tidak menjadi
halangan untuk membuat lahan pertanian. Sebuah konsep luar biasa pertanian
perkotaan muncul di Jepang. Tidak hanya bangunan eksterior yang dihijaukan, di
dalam gedung juga terdapat lahan pertanian yang benar-benar dapat menghasilkan
buah maupun sayuran.
Seperti yang
dilasir dari www.dezeen.com, gedung mewah yang
berisi lahan pertanian dan persawahan ini adalah gedung milik Pasona Group,
sebuah perusahaan rekrutmen multi-nasional yang berlokasi di distrik Chiyoda,
Tokyo. Gedung berlantai 9 ini memiliki lebih dari 200 spesies tanaman sayur,
buah, dan padi yang ditanam bahkan di panen oleh karyawan. Selanjutnya hasil
panen akan diolah di kafetaria Pasona Group.
Padi dan sayuran
diterangi dengan pencahayaan lampu Light-Emitting Diode (LED) khusus sebagai
pengganti dari sinar matahari dan ditanam dengan teknik hidroponik. Selain itu
juga menggunakan sistem irigasi otomatis dan Hybrid Electrode Fluorescent Lamp
(HEFL). Tingkat kelembapan, suhu, dan angin di dalam ruangan juga di kontrol
menggunakan perangkat bernama intelligent climate control.
Selain padi dan
sayuran, di dalam gedung Pasona Group juga terdapat lebih dari 100 varietas
bunga mawar yang indah dan juga menghiasi bangunan luar gedung di waktu musim
semi, 20% dari keseluruhan gedung difungsikan untuk menanam tanaman hijau.
Pertanian
perkotaan yang dilakukan oleh Pasona Group ini bertujuan untuk mengajak
karyawan dan para pencari kerja agar mau terlibat dalam aktivitas pertanian.
Jika lahan pertanian sudah habis, maka gedung pun bisa dijadikan sawah dan
kebun. Bercocok tanam di jaman sekarang tidak harus kotor dan panas-panasan
bukan?
Masih di Jepang.
Di Negeri Sakura ini juga terdapat pertanian dan perkebunan yang berlokasi di
atap gedung pusat perbelanjaan. City Farm namanya. Letaknya di Odaiba. Bila
berkebun di atas gedung sudah jamak maka City Farm menawarkan sesuatu yang
berbeda. Sawah di atas atap. Membangun sawah di puncak pencakar langit tentu
pelik. Irigasi dan drainase dibuat lebih rumit. Hasilnya, padi, terong, kacang
kedelai, tumbuh subur di sana. City Farm juga berfungsi ganda. Selain
memasok makanan, ia juga berperan sebagai evapotranspirasi. Membantu mengatasi
peningkatan suhu di Kota Tokyo.
Beranjak ke
Amerika Serikat (AS), Negeri Paman Sam juga tak ketinggalan menggarap pertanian
di kota. Kali ini, gerakan bercocok tanam dilakukan di atas gedung di New York
City. Diprakarsai sekelompok orang menamakan diri Brooklyn Grange.
Mereka pertama kali
bercocok tanam di atas sebuah gedung tua, Northern Boulevard di Long Island
City. Gedung berusia 95 tahun itu dipilih karena memiliki atap beton yang
kokoh.
Tomat, salad, kale, wortel, hingga tumbuhan herbal terhampar di atap seluas 43.000 kaki persegi. Standar organik diterapkan. Sampah-sampah organik didaur ulang. Hasilnya, dijadikan kompos untuk menyuburkan tanah.
Tomat, salad, kale, wortel, hingga tumbuhan herbal terhampar di atap seluas 43.000 kaki persegi. Standar organik diterapkan. Sampah-sampah organik didaur ulang. Hasilnya, dijadikan kompos untuk menyuburkan tanah.
Selain
menginspirasi warga New York membuat kebun sendiri, pertanian di atas
gedung juga berperan dalam penghematan energi. “Ada beberapa penghematan energi
untuk bangunan dengan atap ramah lingkungan, " ujar kepala pertanian, Ben
Flanner, kepada NY1 News.
Kata dia, pertanian di atas gedung bisa bertindak sebagai sekat. Tanaman serta tanah lembap mencegah sinar matahari langsung menerpa permukaan atap. Secara tidak langsung terjadi penghematan energi dalam hal pendinginan gedung.
Kata dia, pertanian di atas gedung bisa bertindak sebagai sekat. Tanaman serta tanah lembap mencegah sinar matahari langsung menerpa permukaan atap. Secara tidak langsung terjadi penghematan energi dalam hal pendinginan gedung.
Produk–produk
yang dihasilkan dari Brooklyn Grange dijual ke restoran-restoran di kota.
Mereka juga membuka pasar di gedung setiap hari Selasa dan Kamis.
Selain Brooklyn
Grange, terdapat kelompok lainnya yang juga aktif bercocok tanam di atas
gedung. Mereka adalah Gotham Greens. Pada tahun 2010, Gotham Greens membangun
rumah kaca hidroponik di atas sebuah gedung di Brooklyn.
Sebanyak 100 ton
sayuran segar setiap tahunnya dihasilkan dari atap seluas 15.000 kaki persegi
tersebut. Sistem sirkulasi irigasi yang digunakan tidak sembarangan. Dengan
sistem ini, air ditampung untuk kemudian digunakan kembali. Tanaman pun bebas
dari bahan kimia berbahaya. Adapun kontrol biologis diterapkan dengan
menggunakan serangga.
Untuk
menjalankan pertanian ini, mereka menggunakan panel surya 60 kilowatt, lampu
LED, tirai termal, ventilasi pasif, kaca canggih. Alhasil, kebutuhan listrik
dan pemanas bisa dipangkas.
Seperti Brooklyn
Grange, Gotham Greens juga sudah menjual hasil pertaniannya ke berbagai
ritel, seperti Whole Foods dan FreshDirect.
Seperti dilansir
laman New York Times, munculnya pertanian komersial tersebut memiliki
manfaatan tambahan bagi kota. Pertanian di atas atap berpotensi menampung
jutaan galon air hujan dan mengalihkannya dari sistem saluran pembuangan yang
dapat meluap saat hujan.
Meski demikian tak semua atap gedung bisa digunakan untuk bercocok tanam. Nasr dari Ryerson University menuturkan, atap harus cukup kuat untuk menahan berat tanah atau rumah kaca.
Selain itu akses menuju atap juga menjadi tantangan. Sebab, tidak semua bangunan memiliki banyak tangga atau lift menuju atap. Tidak semua atap juga memperoleh sinar matahari penuh karena terhalang oleh bangunan yang berada di sebelahnya.
Meski demikian tak semua atap gedung bisa digunakan untuk bercocok tanam. Nasr dari Ryerson University menuturkan, atap harus cukup kuat untuk menahan berat tanah atau rumah kaca.
Selain itu akses menuju atap juga menjadi tantangan. Sebab, tidak semua bangunan memiliki banyak tangga atau lift menuju atap. Tidak semua atap juga memperoleh sinar matahari penuh karena terhalang oleh bangunan yang berada di sebelahnya.
AS dan Jepang
bukan satu-satunya negara yang mulai menggalakkan urban farming. Inggris,
Rusia, Kuba, Belanda, China, Thailand, Indonesia, hingga Prancis pun tengah
melakukan hal serupa. Di Paris, Prancis bahkan terdapat salah satu
restoran yang seluruh bahannya berasal dari kebun mereka sendiri di atas
gedung.
Melansir
Independent.co.uk, hasil kebun tersebut mereka gunakan untuk dijadikan menu
makanan di restorannya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ramah lingkungan serta
menjamin makanan yang benar-benar sehat untuk dikonsumsi untuk pelanggan mereka
karena hasil olahan sendiri.
Konsep lahan hijau di atas gedung memang tengah menyebar di seluruh Prancis. Konsep tersebut sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat tentang dari mana makanan yang mereka santap berasal.
Konsep lahan hijau di atas gedung memang tengah menyebar di seluruh Prancis. Konsep tersebut sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat tentang dari mana makanan yang mereka santap berasal.
Tips Sukses Urban Faming Bagi Pemula
Konsep urban farming yang
tengah populer saat ini seakan membuktikan bahwa masyarakat Indonesia kini
mulai beralih pada gaya hidup sehat. Sekilas, kegiatan menanam sendiri tanaman
sayur dan buah di halaman rumah terlihat mudah. Namun, pada prosesnya ternyata
memerlukan pemahaman tentang kondisi lahan ataupun tanaman yang akan ditanam.
Maka berikut ini adalah tips menerapkan urban farming di rumah.
Menanam sayur dan buah tanaman
produktif sebaiknya di tempat yang terbuka dengan paparan cahaya matahari penuh
dan maksimal.
Untuk kebutuhan skala kecil rumah
tangga, tanamlah dalam jumlah secukupnya saja dengan periode tanam dan periode
panen yang bergiliran. Dengan demikian, masa panen tidak serentak bersamaan
untuk menghindari sayuran hasil panen terbuang.
Sebaiknya satu pot ditanami satu
macam sayuran dengan periode penanaman dan pemanenan yang sama, untuk
keseragaman ukuran.
Beberapa jenis tanaman perlu disemai
terlebih dahulu di tempat penyemaian, baru kemudian ditanam di pot yang
dikehendaki. Untuk lebih jelas tentang teknik penanaman ini, dapat dilihat di
setiap kemasan benih.
Media tanam yang terbaik adalah
media tanam gembur dengan lebih banyak kandungan kompos dan pupuk kandang yang
akan menopang pertumbuhan tanaman.
Hal yang penting lainnya untuk urban farming
yaitu menghitung dengan tepat periode dan pergantian penanaman agar tidak ada
periode kosong di halaman.
0 comments:
Post a Comment